Pemberitahuan :

1. Blog sudah fix and finish.

2. In Shaa Allah tampilan sudah rapih.

3. Jika ada kesalahan mohon diingatkan dan maafkan.

4. Semoga bermanfaat.

Qur'an



"rumahku dan rumah kita" Surat Cinta dari kaka tercinta (osin)

                       Pertama aku berjumpa denganmu ketika aku hendak melaksanakan kewajibanku sebagai seorang muslim di masjid sekolah. Sontak seketika itu, aku langsung jatuh hati padamu.Hari berikutnya, aku bergegas ketika panggilan itu datang, ada satu tujuan yang terselip ketika itu, aku sangat ingin berjumpa lagi denganmu.Harapankku terkabul.Tak sengaja tatapan mataku dan matamu bertabrakan saat aku mencuri-curi pandang untuk menggagumi sesuatu yang tersembunyi dalam sejuknya wajahmu.Kau melemparkan senyum ramahmu kepadaku.Aliran darah dalam tubuhku seketika mengalir 2 kali lebih cepat dari biasanya. Jantungku berdegup kencang dan mungkin mukaku merah padam, sama seperti muka pemadam kebakaran yang mencoba menaklukan musuh bebuyutannya. Dengan canggung kubalas senyummu.

        Beberapa hari berlalu, hingga akhirnya aku bisa berkenalan dan tahu siapa kau yang sosoknya ku kagumi hinnga kini.Aku memutuskan untuk masuk ke salah satu “rumah” yang menjadi kediamanmu.Awalnya melangkahkan kaki memasuki “rumah” itu semata-mata karena aku ingin tahu lebih jauh tentang dirimu. Di “rumah” itu,aku berkenalan dengan teman seangkatan namun beda kelas dan beberapa kakak angkatan. Aku di kenalkan tentang berbagai hal tentang “rumah” itu agar nantinya aku bisa menjadi penghuni “rumah” yang baik. Mulai dari adab, adat, penghuni, fungsi dan seluk beluk dari “rumah” itu diperkenalkan pada hari pertamaku duduk di dalam “rumah”. Dari situ, kekagumanku padamu semakin bertambah dan niatku sedikit berotasi yang awalnya hanya ingin dekat denganmu hingga menjadi mantap ingin jadi salah satu penghuni baru “rumah” itu.

        Ada beberapa hal “baru” yang kudengar dan kupelajari dalam “rumah” itu.Pertama adalah akhi, ukhti atau ikhwan akhwat.Itu adalah panggilan yang lazim digunakan untuk penghuni “rumah”. Usut punya usut, akhi, ukhti atau ikhwan akhwat punya arti saudara  laki-laki untuk akhi or ikhwan dan saudara perempuan untuk ukhti or akhwat dalam bahasa arab. Awalnya aneh sih dipanggil dengan sebutan ukhti atau akhwat, bahkan kalo boleh jujur sampe sekarangpun aku belum terlalu nyaman kalau dipanggil ukhti. Hal baru yang kedua adalah budaya salam semut. Jadi budaya salam semut itu adat yang diterapkan ketika kita berjumpa dengan sesama penghuni “rumah” yang “sejenis”. Ada caranya juga loh mempraktekan salam semut. Pertama ucapka salam “assalamualaikum”, kemudian berjabat tangan layaknya pemain bola yang mengawali pertandinga dengan moto “fair play” kemudian dilanjutkan cipika cipiki. Eits ada yang ketinggalan, selama mengadakan ritual salam semut (kesannya kaya magis banget, hehe…) para penghuni “rumah” juga sebaiknya menunujukan senyum simetris, senyum 2 cm kanan 2 cm kiri selama 2 detik. Tapi ngga perlu diukur ko, karena tidak ada petugas keamanan “rumah” yang bakalan mengukur. Apalagi tak ada undang-undang dalam “rumah” yang mewajibkan demikian, dalil yang menjadi dasar ukuran senyum simetris hanya sebaiknya.

        Awalnya sih aneh dan ngrasa ribet, tapi lama-kelamaan asik juga, karena aku bisa tuh sering-sering berjabat tangan dan bercipika cipiki ria dengan kamu. Tapi ada satu yang sedikit menggangguku, ketika kalian memasuki “rumah” biasakan memakai rok ya adik-adik. Begitulah kira-kira wejangan yang diungkapkan mba X. Ribet, itulah kata pertama yang terlintasan dialam pikiranku, karena notabennya aku nda terlalu nyamana kalo suruh pake rok, bahkan ketika itu aku sama sekali tak punya rok selain rok sekolah. Karena ingin jadi penghuni “rumah” yang baik, akumengikuti wejangan beliau.Ketika aku pulang ke”rumah”, untuk pertama kalinya dalam hidupku aku minta dibeliin rok bebas ke mama.

        Detik berlalu, jam berganti dan haripun tak mau kalah ikut berputar. Lama kelemaan aku bisa memahami “rumah” seperti apayang aku tempati. Aku mulai nyaman menjalankan adat dalam “rumah” dan mengikuti berbagai kegiatan dalam “rumah” baruku itu.Dari “rumah” itu, aku menemukan banyak hal baru dan luarbiasa dalam hidupku. Mulai dari penghuni “rumah” yang luar biasa, yang kalo dalam bahasa biologi itu namanya spesise langka,hehe… kegiatan, pegetahuan yang luar biasa pula yang bisa kugali selama aku menjadi penghuni “rumah” itu.Kekagumanku padamu ternyata tak salah. Ketika aku tahu kamu itu seperti keadaanmu dahulu (dan semoga akan semakin lebih baik,amin..), terluncur kalimat “ko masih ada ya orang kaya gitu” dari mulutku.

        Beberapa bulan berlalu, aku mengokohkan pondasi di hati dan pikiranku untuk seutuhnya masuk dan menjadi penghuni “rumah” yang berusaha merawat danmenjaga“rumah” agar semakin banyak temanku yang mau mampir barang sekejap ke “rumah”ku meski hanya untuk ngadem. Aku ingin apa-apa yang dimilki “rumah” itu mampu memberi manfaat bagi banyak orang, tak hanya bermanfaat bagi orang-orang yang berada di dalam “rumah”. Aku ingin kenyamanan yang kurasakan ketika di dalam “rumah” juga bisa dirasakan oleh teman-teman yang lain. Salah satu cara agar mereka mau mengunjungi “rumah”ku adalah dengan menjaga keutuhan, kebersihan, kerapian, kenyamanan dan keharuman dari “rumah”ku.
Banyak rintangan yang kuhadapi selama aku diamanahi tugas untuk mewujudkan “rumah” yang nyaman.Terkadang, sapu yang biasa kugunakan untuk menyapu patah bahkan hilang.Namun itulah seninya, karena seni itu indah, dan disitulah aku bisa menikmati indahnya menjadi salah seorang penghuni“rumah”. Meski aku tahu, usahaku tak 100% berhasil dalam mewujudkan “rumah” yang nyaman bagi teman-teman diluar lingkungan “rumah” bahkan mungkin juga bagi penghuni “rumah” yang lain. Namun harapan untuk mewujudkan “rumah” yang nyaman itu masih bisa diteruskan oleh penghuni “rumah” yang lain. Ganbate akhifillah… lanjutkan perjuangan untuk menjadikan “rumah” kita menjadi pusat pendidikan dan beristirahat bagi semua orang di sekitar lingkungan “rumah”.Jadikan “rumah” kita sebagai tempat yang seantiasa disinari oleh rahmat dan maghfirohNya. Yakinlah, kita semua akan mendapatkan rumah yang lebih baik kelak ketika kita ikhlas dalam pengabdian kita dalam “rumah” kita.

Syukurku panjatkan padamu ya Robb, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang, yang telah mengizinkanku masuk kedalam “rumah” itu dan bertemu dengan banyak hal luar biasa yang Kau anugrahkan dalam hari-hariku.

        Awal menjadi penghuni “rumah”, semangat masih membara kaya mahasiswa yang hendak demo menentang aturan yang menurut mereka tidak memihak kepentingan rakyat. Aku masih dengan semangat 45 mengikuti berbagai kegiatan dan agenda yang disepakati oleh tetua “rumah” dan seluruh anggota penghuni “rumah”. Bagiku semuanya sangat menarik dan menyenangkan.Tak dapat kupungkiri, kebersamaan adalah hal yang menjadi unggulan dalam “rumah” kita.Namun bulan berganti bulan, aku mulai sadar ada sesuatu dalam “rumah” yang tak kusukai.

        Seringkali penghuni “rumah” tak taat pada komando tetua “rumah”, hingga akhrinya seringkali system keamanan dalam “rumah” terganggu. Bahkan tak jarang, penghuni “rumah” meninggalkan “rumah” tanpa seizing tetua “rumah”.Dan disinilah titik puncak kejenuhanku sebagai penghuni “rumah”.Aku bosan dan malas untuk mengikuti kegiatan di“rumah”.ada tugas ini bos, mau kerja kelompok,mau pulkam bos, itulah senjata terampuhku untuk kabur dari“rumah”.

Namun setelah resmi menjadi mantan anggota “rumah” itu, aku baru sadar ternyata “rumah” itu adalah “rumah” ke 2 dihidupku. Ketika awal-awal lepas dari tugas “rumah”, aku ngerasa bebas.Tapi kurasa ada yang kurang dalam hari-hariku.Aku merasa ada yang hilang.Ternyata aku rindu suasana “rumah”ku dulu.Aku rindu duduk berlama-lama di dalam “rumah”.aku merindukan apa-apa yang ada di dalam “rumah”.
Eits, tp ada benernya juga pepatah yang mengatakan mati satu tumbuh seribu. Tergusur dari “rumah”ku disekolah, aku menemukan lagi “rumah” yang indah di luar sana. Kusebut tempat itu sebagai “saung”.Tempatnya emang agak sedikit di luar jangkauanku.Tak sedekat “rumah”ku.Tapi setidaknya itu bisa menjadi tempat istirahat bagiku.“saung” itu begitu sejuk, nyaman, asri dan penuh kreatifitas dari para penghuninya. Mereka sangat welcome pada siapapun yang ingin mengikuti kegiatan di”saung”. Ada banyak ilmu dan orang luar biasa nan kreatif yang kukenal di”saung” itu.

“rumah” dan “saung”, kalian adalah tempat luar biasa yang Alloh berikan padaku untuk bertemu dan mengenal penghuninya. Thanks for “mu” as mba ayu Zahra, u give me big motivation. I am so happycz I ever know u. thanks to kaka angkatan (mb dewi, mb una, ka masda, mb anjani, ka ardi, ka amar, mb isma, mb ci2t, mb mita, ka wisnu, mb nora, mb jijah, mb putri dan mba-mba kaka-kaka yang lain tak mungkin ku sebutkan satu persatu), terimakasih untuk bimbingannya. Tak lupa kuucapkan sukron untuk pendiri
“rumah” yang tak pernah kukenal serta kaka diatasku yang tak kujumpai yang mungkin sedang mengindah-indahkan “rumah” lain di luar sana atau mungkin membangun “rumah”-”rumah” sejenis.

Untuk teman seperjuangan,(pak bos, mbak bos, pak pembesar, puput fatih yasin rifa jijah tetuko sabil fina ombul mita kahfi rifqi bang ipul fina siti firda towi dwi dkk) terimakasih kalian telah menggoreskan tinta emas dalam buku perjalanan hidupku. Kalian mengajarkanku banyak hal dan menceritakan hal-hal luar biasa.
Untuk adik-adikku tercinta yang masih berjuang untuk “rumah” kita, kalian adalah multivitamin bagiku.Kalian adalah mitokondria yang memberi pasokan energy ketika aku letih dan lesu menghadapi seabreg pekerjaan “rumah”.kalian adalah payung yang melindungiku dari hujan kebosanan. Teruslah berjuang..hamasah!!!!
mba atun di”saung” ashishi, kaulah sang murobbi dalam hidupku. Pak anton, mb yanti, mb lusi, mb yuyun mb ika pak fauzan dan seluruh penghuni “saung”, thanks a lot for the best adventure when I come to “saung”.
        Teruslah semangat untuk mempercantik “rumah” kita. Kuatkan pondasi jika akan membangun “rumah” baru. Aku yakin ada voucher untuk mendapatkan pe”rumah”an ketika kita istikomah meramaikan “rumah” kita. Kita akan berkumpul dalam satu pe”rumah”an beranama Jannah yang memilki 7 kompleks. Hanya dengan melewati jalan dakwahlah kita bisa sampai di pe”rumah”an itu. Menunggangi kendaraan amal soleh dengan pengemudi Muhamad SAW berpegang pada peta Alquran dan kompas Alhadis agar tak tersesat, serta diterangi cahaya ketakwaan dan keistikomahan, qt akan berkumpul di “rumah” bernama JANNAH,amin….
Previous
Next Post »